Senin, 08 April 2013

Pengamat: Aceh Tak Ingin Tenggelam Bersama Indonesia

JAKARTA - Disahkanya bendera bulan bintang menjadi bendera Aceh menunjukan bahwa pada dasarnya masyarakat Aceh masih menginginkan kemerdekaan atau melepaskan diri dari Indonesia.

Demikian yang dikatakan pengamat politik Aceh, Al Chaidar, saat berbincang dengan Okezone, Minggu (7/4/2013). "Memang keinginan Aceh untuk merdeka masih besar," kata Chaidar.

Abdullah Saleh: Banjir Aceh Barat karena endapan di hulu sungai


ANGGOTA Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dari daerah pemilihan Aceh Barat, Abdullah Saleh, menyebutkan ada beberapa penyebab terjadinya banjir di Aceh Barat.
Kata dia, selain pengaruh tingginya curah hujan, banjir di Aceh Barat disebabkan endapan lumpur dan kotoran sampah di hulu sungai. Wilayah endapan yang dulunya masih baik, kata dia, sekitar tahun 1980-an mulai terganggu.
"Aktifnya hutan-hutan produksi dan diikuti dengan perkebunan yang memilki HGU (Hak Guna Usaha) ini juga mempengaruhi wilayah endapan di hulu sungai. Sehingga membuat sungai semakin dangkal dan meluap," ujar Anggota Fraksi Partai Aceh, Sabtu malam, 6 April 2013.
Atas musibah banjir di Aceh Barat, Abdullah Saleh berharap Pemerintah Aceh Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Taruna Siaga Bencana untuk segera melakukan masa tanggap darurat.
"Masa tanggap darurat perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Perlu dilakukan langkah-langkah komprehensif dalam rangka menangani masalah tersebut. Pemerintah Daerah, BPBD dan Tagana juga harus betul-betul memperhatikan masyarakat yang menjadi korban musibah tersebut. Tanganilah dengan baik," ujarnya. [] (maa)

SUMMBER : http://dpr-aceh.atjehpost.com/read/2013/04/06/46895/31/31/Abdullah-Saleh-Banjir-Aceh-Barat-karena-endapan-di-hulu-sungai#.UWIw0KDixkg

Aksi “Perang” Bendera Landa Aceh

Banda Aceh, (Analisa). Peristiwa menarik terjadi di Provinsi Aceh dalam beberapa hari belakangan ini, menyusul aksi “perang” bendera melanda sejumlah daerah dalam wilayah provinsi itu.
Di kawasan pesisir pantai timur, utara hingga Kota Banda Aceh, terjadi aksi pengibaran dan pawai bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berwarna merah dengan gambar bulan bintang  di tengah yang telah disahkan menjadi bendera Aceh berdasarkan Qanun (Perda) Nomor 3 Tahun 2013 tentang bendera dan lambang Aceh.
Sementara di kawasan Aceh bagian tengah antara lain di Takengon, Aceh Tengah pada Senin (1/4) dan kawasan pesisir pantai barat yaitu Meulaboh, Aceh Barat, pada Minggu (31/3) justru terjadi aksi pengibaran dan pawai bendera merah putih, yang dilakukan warga dan mahasiswa setempat sebagai bentuk protes terhadap disahkannya bendera Aceh oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).
Pengibaran dan pawai bendera Aceh yang dibalas dengan pengibaran serta pawai bendera merah putih, membuat suasana Aceh menjadi panas serta membingungkan masyarakat.
Sementara aparat keamanan baik dari unsur kepolisian maupun TNI, sejauh ini masih membiarkan bahkan ikut mengamankan pengibaran dan pawai bendera bintang bulan sambil menunggu keluarnya hasil klarifikasi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) terhadap qanun bendera Aceh.
Dari Banda Aceh dilaporkan, sekitar 1.000-an massa yang datang dari berbagai daerah pesisir pantai timur Aceh berkonvoi mengarak bendera bulan bintang di ibukota Provinsi Aceh itu, Senin (1/4).
Massa yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat termasuk bus sekolah, tiba di Banda Aceh sejak pagi. Massa berkumpul di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, sebelum bergerak keliling kota sambil mengarak bendera Aceh.
Aksi ini sebagai bentuk dukungan terhadap qanun bendera dan lambang Aceh yang telah disahkan DPR Aceh pada 22 Maret 2013 dan diundangkan dalam lembaran daerah oleh Pemprov Aceh pada 25 Maret 2013.
“Kami datang dari daerah untuk mendukung Pemprov Aceh dalam rangka memperjuangkan qanun bendera dan lambang Aceh agar disetujui Pemerintah Indonesia,” ujar Marzuki selaku koordinator konvoi dari wilayah Aceh Timur.
Menurut Marzuki, massa datang atas keinginan sendiri bukan karena adanya mobilisasi umum. Sehari sebelumnya, Wakil Gubernur Muzakir Manaf sudah mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan konvoi dan meminta agar masyarakat bersabar menunggu keputusan dari Pemerintah Pusat tentang qanun bendera dan lambang Aceh.
Macet
Konvoi bendera bulan bintang yang melintasi sejumlah ruas jalan protokol itu, sempat memacetkan arus lalu lintas di pusat kota Banda Aceh, seperti Bundaran Simpang Lima, Simpang Surabaya dan Simpang Jambo Tape. Konvoi juga menyedot perhatian warga. Usai berkonvoi, massa berkumpul di depan gedung DPRA dan menaikkan bendera bulan bintang ukuran raksasa di gedung dewan tersebut.
Bendera dinaikkan sekitar delapan orang. Mereka menarik sedikit demi sedikit bendera itu lalu memajangnya di atas atap gedung utama DPRA. Saat bendera dinaikkan, sontak ratusan orang yang hadir bertepuk tangan dan meneriakkan Allahu Akbar. Bendera terlihat menjuntai dari atap hingga menutupi beranda gedung utama DPR Aceh.
Sementara  dari Meulaboh, Aceh Barat dilaporkan, puluhan warga memasang bendera merah putih di dalam kota tersebut, Minggu (31/1). Selain itu, warga juga melakukan konvoi keliling kota dengan membawa bendera merah putih.
Aksi pengibaran bendera merah putih ini sempat membuat kemacetan arus lalu lintas di kota Meulaboh selama 20 menit. “Ini bentuk kesadaran dan rasa cinta kami kepada NKRI,” kata Taufik, Koordinator Aksi.
Usai menaikkan bendera merah putih ukuran besar di Simpang Kisaran pada siang hari, puluhan warga Meulaboh kembali mengibarkan bendera itu pada malamnya sekitar pukul 23.00 Wib. Bendera merah putih berukuran 5 x 10 meter dikibarkan di  Jembatan Lhun Nakye, Kelurahan Ujung Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan. (mhd/rfl/bei)