Selasa, 18 Januari 2011

RASUL PEMBAWA KARUNIA DAN RAHMAT


Sebagian dari misi nabi Muhammad dalam menyampaikan dakwahnya adalah menyebarkan rahmat dan kasih sayang bagi sesama umat manusia dan makhluk lain. Rasul Muhammad yang akan kita peringati hari maulidnya adalah seorang Nabi yang diutus Allah s.w.t. dengan membawa rahmat bukan saja bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia dan bagi alam semesta. Nikmat dan karunia Allah yang besar yang dikaruniakan kepada kita adalah nikmat iman dan Islam, nikmat itu akan membawa kita kepada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Keimanan kepada Allah, merupakan hubungan yang paling mulia antara seorang hamba dengan khaliknya, yang maha pengasih lagi maha penyayang.

          Manusia merupakan makhluk yang paling mulia dari segala makhluk lain di muka bumi, karena ia memiliki kalbu, yang dengan kalbu itu ia dapat menangkap cahaya iman kepada Allah s.w.t. Mendapat petunjuk dari Allah dengan keimanan yang kuat kepada-Nya, merupakan karunia yang termat agung yang tidak mungkin dapat dihitung secara matematis dan tidak dapat diungkapkan dengan pernyataan, dengan lisan atau tulisan.

          “Mereka merasa Telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa Telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, Sebenarnya Allah, dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat, 49: 17).

          Keimanan itu bukanlah semata-mata pernyataan yang diucapkan seseorang, atau hanya semacam keyakinan dalam hati, akan tetapi ia adalah merupakan suatu akidah atau keyakinan yang memenuhi seluruh hati nurani, yang kemudian dibuktikan dalam dalam amal perbuatan. Dengan demikian iman akan terealisir dampaknya dan kesan-kesannya dalam perilaku dan sikap hidup seseorang. Ia akan nampak bagaikan munculnya panas yang disorotkan matahari atau bagaikan semerbaknya bau harum yang disemarakkan oleh taman bunga yang indah.
          Sebagian dari tanda keimanan seseorang yang telah mencapai derajat yang tinggi, adalah apabila ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari cintanya kepada segala sesuatu, termasuk terhadap dirinya sendiri.
         
           ”Katakanlah: "sekiranya bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Taubah, 9:24)

            Iman itu memang tidak mencapai kesempurnaan melainkan dengan rasa cinta yang mendalam sampai ke lubuk hati. Cinta itu semata-mata ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, juga kepada syari’atnya yang menjadi petunjuk yang kekal dan abadi. Nabi bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
           
             “Manusia akan memperoleh iman yang tinggi apabila memiliki tiga hal yaitu, (1) Ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada segala sesuatu.(2) Ia mencintai orang lain atau mencintai segala sesuatu karena Allah semata dan (3) Ia membenci kekafiran seperti bencinya apabila ia hendak dicampakkan ke dalam api neraka.(HR. al-Bukhari, No:15, Muslim, No: 60)

Dalam Hadis lain ditegaskan:
 لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“           "Belum sempurna iman seseorang diantaramu, sehingga ia mencintai Nabi s.a.w. melebihi cintanya kepada orang tua, dirinya sendiri dan manusia seluruhnya." (HR. Al-Bukhari, No.14, Muslim, No. 62)

            Umar ibn al-Khattab, seorang sahabat Nabi yang bergelar al-Farouq yang artinya pemisah antara  hak dan bathil, seorang sahabat yang tegar membela prinsip dan sering berterus terang, berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, sebenarnya engkau adalah orang yang paling aku cintai, melebihi segala sesuatu selain diriku sendiri”, Nabi menjawab pernyataan Umar itu: “Tidak wahai Umar, sehingga engkau mencintaiku melebihi cintamu pada dirimu sendiri”. Umar kemdian menjawab: “Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, sesungguhnya engkaulah orang yang lebih kucintai dari diriku sendiri”. Nabi kemudian bersabda; “Sekarang baru sempurna imanmu”. 

          Selain dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, keimanan seseorang harus dibuktikan dengan pengorbanan dan perjuangan. Pengorbanan, jihad dan perjuangan senantiasa akan mengantarkan suatu umat atau bangsa menuju kejayaan dan masa keemasannya. Sebaliknya bangsa atau umat yang enggan berjuang dan berkorban, akan terjerembab dalam lembah kehinaan dan kenistaan. Abu Bakar al-Shiddiq dalam pidato pelantikannya, ketika ia dilantik sebagai khlifah, beberapa hari setelah Nabi wafat. Ia memesankan tentang pentingnya jihad dan berjuang untuk mencapai kemajuan dan ketinggian, ia katakan dalam akhir pidatonya: “janganlah seorang diantaramu meninggalkan perjuangan dan jihad, karena sesungguhnya tidak ada suatu umat atau suatu bangsa yang meninggalkan suatu perjuangan, kecuali Allah menimpakan kepadanya kelemahan dan kehinaan”. Ahmad Syauqi Bek, seorang pujangga Mesir pernah berkata; “Bukanlah hidup itu dengan jalannya nafas yang keluar masuk dalam paru-paru seseorang, akan tetapi hidup itu adalah aqidah dan jihad”.

          Pengorbanan dan perjuangan, tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia yang imannya sempurna, karena keduanya merupakan salah satu tanda dari alamat orang-orang yang beriman.

             “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat, 49: 17).

            Kehidupan manusia yang memiliki iman yang tinggi, senantiasa mementingkan perjuangan yang ulet dan pengorbanan yang ikhlas. Mereka selalu mengutamakan keluhuran ajaran agama dari kepentingan dirinya sendiri, keluarga dan kelompoknya. Manusia mukmin senantiasa memiliki keyakinan yang teguh akan kehidupan yang lebih baik di akhirat dan tidak dihinggapi keraguan dalam menjalankan tugas-tugas keagamaan dan kemanusiaannya.

1 komentar:

Seuramoe Aceh Barat mengatakan...

contohlah

Posting Komentar